MWawasan.Padang(SUMBAR) ~ Alhamdulillah, ungkap Roestam Ramli Malin Sampono karena belum ada pasien yang dibantunya komplen terhadap obat yang diberikannya. “Setidaknya sampai akhir 2012 sudah lebih 14 ribu orang yang saya bantu dalam jangka 7 tahun, ungkapnya kepada wartawan.
Bahkan Pak Malin sudah berulang kali melaksanakan praktek pengobatan di tempat yang sama, namun antusias masyarakat untuk berobat secara alami sangat tinggi.
Pak malin juga berharap agar pemerintah perhatikan, lirik dan lestarikan pengobatan alami karena di minang juga banyak obat-obat alami yang tidak tergarap seperti di Kalimatan, Jawa. Kapan perlu pemerintah harus memikirkan bagaimana obat-obat alami yang ada di Sumbar ini bisa memiliki nilai lebih dan bermanfaat bagi kesehatan masyarakat seperti jamu di Pulau Jawa, harapnya.
Memang harus diakui biaya berobat sekarang ini sangat mahal, untuk mengatasi hal itu pemerintah sudah memberikan keringanan bagi masyarakat dengan berbagai macam program mulai dari jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), jaminan persalinan (jampersal).
Pak malin juga berharap agar pemerintah perhatikan, lirik dan lestarikan pengobatan alami karena di minang juga banyak obat-obat alami yang tidak tergarap seperti di Kalimatan, Jawa. Kapan perlu pemerintah harus memikirkan bagaimana obat-obat alami yang ada di Sumbar ini bisa memiliki nilai lebih dan bermanfaat bagi kesehatan masyarakat seperti jamu di Pulau Jawa, harapnya.
Memang harus diakui biaya berobat sekarang ini sangat mahal, untuk mengatasi hal itu pemerintah sudah memberikan keringanan bagi masyarakat dengan berbagai macam program mulai dari jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), jaminan persalinan (jampersal).
Daerah-daerah bagi masyarakat yang tidak mendapatkan jamkesmas, bupati dan walikota telah menganggarkan dari APBD, Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) bahkan di Kota Padang, bagi masyarakat yang tidak memiliki Jamkesmas dan Jamkesda, Walikota Padang, Drs. H. Fauzi Bahar, M. Si melalui Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) telah mengucurkan bantuan bagi masyarakat kurang mampu tersebut dana untuk berobat.
Pihak BAZDA telah bekerjasama dengan pihak Rumah Sakit Umum M. Djamil Padang dan Rumah Sakit Daerah kota Padang. Akan tetapi masyarakat masih mengeluh dan menjerit bahwa biaya berobat terlalu mahal.
Melihat kondisi ini, Penyakit semakin bereneka ragam biaya berobat semakin mahal. Solusinya banyak masyarakat yang memilih berobat ke orang pintar, tabib, dan paranormal yang datang dari luar Sumatera karena berobat ke sana relative lebih murah. Sudah tentu masyarakat berbondon-bondong mencari tempat berobat herbal (alami) tersebut.
Tetapi karena tingkahlaku oknum, dukun, tabib, dan paranormal tidak sedikit pun pula masyarakat yang merasa tertipu dan kecewa.
Kalau dilihat di Sumbar masih ada hal-hal tertentu yang masih terlupakan di antaranya di ranah Minang ini juga ada duku, tabib, dan paranormal yang hebat bahkan Suamtera Barat juga kaya dengan ramuan-ramuan tradisional. Sangat disayangkan, selama ini tidak begitu terperhatikan oleh pemerintah, tokok masyarakat, dan ninik mamak di nagari Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.
Setidaknya ada seorang yang dapat dipotret oleh wartawan Wawasan, beliau tidak mau disebut dengan dukun, tabib, ataupun paranormal namun tetap melakukan pengobatan terhadap masyarakat di Sumatera Barat, bahkan beliau berkeliling Sumbar hampir setiap malam untuk melakukan pengobatan alami dengan menggunakan bahan-bahan yang berasal dari ramuan daun-daunan dan akar-akar yang diambil dari tanah leluhur nenek moyang kita.
Roestam Ramli Malin Sampono nama yang tertera pada sebuah spanduk yang sering dibawa ke mana-mana, tempat beliau melakukan praktek, “Pak Malin panggilan akrab yang sering terucap dari mulut pasien yang pernah beliau obati.
Ketika Wawasan berbincang dengan Roestam Ramli Malin Sampono pada sebuah tempat praktek di Padang Pariaman mengatakan, “Saya mengurut secara refleksi bukan sebatang badan, dengan 7 titik dan 3 tempat yang vital dalam batang tubuh manusia sesuai dengan anjuran kitab Ta’jul Muluk dan kitab suci Al Quranul Karim yang terdiri dari 114 surat dan 6666 ayat. Ini sesuai dengan urat-urat yang ada dalam batang tubuh manusia terdiri dari kulit, dagiang, rono, darah, angin, api, tulang, dan air. Hal ini bias saya selesaikan secara utuh dan sempurna, urai Pak Malin.
Semua ilmu yang diemban Pak Malin dari almarhum angku yang yang berjiwa social zaman dahulu yang suka membantu masyarakat kurang mampu dari segi materil untuk berobat.
Siapa yang tidak butuh bantuan uang, ungkapnya. Tetapi Pak Malin masih memiliki prinsip selagi bisa membantu masyarakat dengan ilmu yang dimilikinya akan selalu melakukan pekerjaan itu dengan niat yang ikhlas, ungkapnya.
Diakuinya, “Saya telah melakoni pekerjaan sosial ini selama 8 tahun. Daerah-daerah di Sumbar telah dijelajahi walaupun masih ada yang tinggal di daerah-daerah pelosok, ungkap Pak Malin yang berasal dari Kaki Gunung Talang, Kabupaten Solok Sumaetara Barat.
Walaupun sudah bertahun-tahun profesi ini dilakukan Pak Malin, namun sampai sekarang pemerintah baik provinsi, kota, dan kabupaten belum ada yang melirik terhadap ramuan alami pusaka leluhur yang dikembangkan dilestarikan Pak Malin. Selain pengurutan gratis Pak Malin telah membuka lapangan pekerjaan bagi pemuda dan pemudi di mana tempat melakukan praktik.
Seharusnya pemerintah sudah memperhatikan pekerjaan sosial yang dilakukan oleh Roestam Ramli Malin Sampono ungkap salah seorang pasien yang sudah hampir sembuh dari kegagalan ginjal yang di deritanya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan wartawan koran ini di lapangan, sepertinya Pak Malin benar-benar menguasai ilmu pengobatan tradisional ini. Penyakit pinggang, rheumatik, asam urat, sakit kepala berkepanjangan, asma (sesak napas), dengan disentuh ujung jarinya saja penderita penyakit tersebut langsung mengatakan penyakitnya beransur ringan.
#Zal
#Zal