Breaking

Tuesday, June 30, 2015

Kakao Sumbar Cukup Diminati



M Wawasan, Padang---Sumatera Barat (Sumbar) sebagai salah satu sentra kakao di Indonesia, masih menghadapi kendala untuk pengembangan usaha itu ke depan. Masyarakat masih membutuhkan bimbingan berupa penyuluhan terutama untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi para petani kakao.

Penyuluhan yang perlu diberikan kepada petani kakao mengatasi pembusukan tampuk buah disebabkan oleh binatang penggerek batang. Kendala yang dihadapi petani kakao di daerah cukup berdampak kepada produksi kakao.

“Kita dengan dinas terkait sudah bekerja keras. Bakorluh juga sudah maksimal, hanya saja itu tidak akan berdampak apabila pemahaman dari petani juga tidak ada,” kata Wakil Gubernur Sumbar Muslim Kasim saat rapat koordinasi dengan bupati/walikota se Sumbar membahas pengembangan kakao ke depan di Sumbar yang berlangsung di ruang rapat kerja Wagub, Selasa (16/6).

Rapat tersebut dilaksanakan untuk menindaklanjuti hasil kunjungannya bersama Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI), Jusuf Kalla ke London, awal bulan Mei yang lalu.

Muslim Kasim mengatakan, kakao Sumbar cukup diperhitungkan dalam perdagangan di luar negeri. Kakao asal Sumbar dijadikan campuran dalam pembuatan coklat oleh produsen di luar negeri.

“Kakao kita merupakan kakao yang cukup diminati. Jadi, kita akan terus kembangkan, karena ini mempunyai jual yang tinggi,” ujar MK begitu dia biasa dipanggil.

Untuk menghasilkan produksi maksimal, Dinas Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota akan terus memberikan penyuluhan dan pemahaman kepada petani bagaiaman cara bertanam kakao yang baik. Penyuluhan diberikan bagimana cara memelihara seperti cara memangkas, bagaimana pemupukan dan bagaimana memperlakukan kakao.

Dalam kesempatan yang sama dikatakan Kepala Dinas Perkebunan Sumbar, Fajaruddin. Pengembangan kakao di Sumbar akan terus dilakukan dan tidak hanya terfokus pada enam daerah yang menjadi sentra kakao di Sumbar.

Pengembangan kakao masih memungkinkan mengingat lahan yang tersedia masih banyak, tidak hanya di daerah sentra kakao sendiri juga, daerah lain yang potensial dijadikan sentra kakao. Sementara itu, sentra kakao di Sumbar seperti Kabupaten Limapuluh Kota, Padang Pariaman, Solok Selatan, Pasaman Barat, Tanah Datar, dan Kabupaten Pasaman Barat.

“Wilayah Sumbar masih menjadi sentra kakao nasional, jadi kita akan lebih serius untuk pengembangan kakao ini,” ujarnya.

Khusus daerah Kabupaten Padang P ariaman, Fajaruddin mengingatkan supaya pemerintah daerah setempat untuk segera menyerahkan data Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) terkait gerakan nasional kakao. Karena dari 1.000 alokasi yang diberikan hanya 650 yang baru diserahkan.

“Kalau sampai Juni ini tidak juga diserahkan data CPCL maka akan kita kosongkan saja untuk tahun depan. Dan ini akan kita serahkan saja kepada daerah lain yang memang sanggup,” ujar Fajaruddin.

Sementara itu, berdasar hasil kunjungan Wakil Gubernur Sumbar Muslim Kasim bersama Wapres RI Jusuf Kalla ke London, Indonesia menjadi negara yang menjadi pasar potensial untuk pengembangan kakao. Para pengusaha kakao dunia tertarik berinvestasi di sektor kakao di Indonesia apabila peoduksi kakao sudah tercapai minimal 200 ribu ton per tahun. Dengan ketentuan itu, para investor baru berani mendirikan pabrik pengolahan.

Sumbar sebagai salah satu sentra kakao nasional, luas areal produksi kakao di wilayah itu mencapai 155 ribu hektar dengan hasil produksi 80 ribu ton sampai 124 ribu ton. Untuk peningkatan produksi, target utama harus menambah lahan baru dan itu masih memungkinkan untuk dikembangkan, karena lahan tersedia masih cukup luas. 


Dilaporkan: Son

Koran Wawasan Edisi 194, Februari 2023

"Prakiraan Cuaca Senin 14 Oktober 2024"


"KEPUASAN ANDA UTAMA KAMI"




BOFET HARAPAN PERI Jl. SAMUDRA No 1 KOMP. PUJASERA PANTAI PADANG
Selamat Datang diSemoga Anda Puas