M Wawasan, Padang---Sumatera Barat
(Sumbar) sebagai salah satu sentra kakao di Indonesia, masih menghadapi kendala
untuk pengembangan usaha itu ke depan. Masyarakat masih membutuhkan bimbingan
berupa penyuluhan terutama untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi para
petani kakao.
Penyuluhan yang perlu diberikan kepada petani
kakao mengatasi pembusukan tampuk buah disebabkan oleh binatang penggerek
batang. Kendala yang dihadapi petani kakao di daerah cukup berdampak kepada
produksi kakao.
“Kita dengan dinas terkait sudah bekerja keras.
Bakorluh juga sudah maksimal, hanya saja itu tidak akan berdampak apabila
pemahaman dari petani juga tidak ada,” kata Wakil Gubernur Sumbar Muslim Kasim
saat rapat koordinasi dengan bupati/walikota se Sumbar membahas pengembangan
kakao ke depan di Sumbar yang berlangsung di ruang rapat kerja Wagub, Selasa
(16/6).
Rapat tersebut dilaksanakan untuk menindaklanjuti
hasil kunjungannya bersama Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI),
Jusuf Kalla ke London, awal bulan Mei yang lalu.
Muslim Kasim mengatakan, kakao Sumbar cukup
diperhitungkan dalam perdagangan di luar negeri. Kakao asal Sumbar dijadikan
campuran dalam pembuatan coklat oleh produsen di luar negeri.
“Kakao kita merupakan kakao yang cukup diminati.
Jadi, kita akan terus kembangkan, karena ini mempunyai jual yang tinggi,” ujar
MK begitu dia biasa dipanggil.
Untuk menghasilkan produksi maksimal, Dinas
Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota akan terus memberikan penyuluhan dan
pemahaman kepada petani bagaiaman cara bertanam kakao yang baik. Penyuluhan
diberikan bagimana cara memelihara seperti cara memangkas, bagaimana pemupukan
dan bagaimana memperlakukan kakao.
Dalam kesempatan yang sama dikatakan Kepala Dinas
Perkebunan Sumbar, Fajaruddin. Pengembangan kakao di Sumbar akan terus dilakukan
dan tidak hanya terfokus pada enam daerah yang menjadi sentra kakao di Sumbar.
Pengembangan kakao masih memungkinkan mengingat
lahan yang tersedia masih banyak, tidak hanya di daerah sentra kakao sendiri
juga, daerah lain yang potensial dijadikan sentra kakao. Sementara itu, sentra
kakao di Sumbar seperti Kabupaten Limapuluh Kota, Padang Pariaman, Solok
Selatan, Pasaman Barat, Tanah Datar, dan Kabupaten Pasaman Barat.
“Wilayah Sumbar masih menjadi sentra kakao
nasional, jadi kita akan lebih serius untuk pengembangan kakao ini,” ujarnya.
Khusus daerah Kabupaten Padang P ariaman,
Fajaruddin mengingatkan supaya pemerintah daerah setempat untuk segera
menyerahkan data Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) terkait gerakan nasional
kakao. Karena dari 1.000 alokasi yang diberikan hanya 650 yang baru diserahkan.
“Kalau sampai Juni ini tidak juga diserahkan data
CPCL maka akan kita kosongkan saja untuk tahun depan. Dan ini akan kita
serahkan saja kepada daerah lain yang memang sanggup,” ujar Fajaruddin.
Sementara itu, berdasar hasil kunjungan Wakil
Gubernur Sumbar Muslim Kasim bersama Wapres RI Jusuf Kalla ke London, Indonesia
menjadi negara yang menjadi pasar potensial untuk pengembangan kakao. Para
pengusaha kakao dunia tertarik berinvestasi di sektor kakao di Indonesia
apabila peoduksi kakao sudah tercapai minimal 200 ribu ton per tahun. Dengan
ketentuan itu, para investor baru berani mendirikan pabrik pengolahan.
Sumbar sebagai salah satu sentra kakao nasional,
luas areal produksi kakao di wilayah itu mencapai 155 ribu hektar dengan hasil
produksi 80 ribu ton sampai 124 ribu ton. Untuk peningkatan produksi, target
utama harus menambah lahan baru dan itu masih memungkinkan untuk dikembangkan,
karena lahan tersedia masih cukup luas.
Dilaporkan: Son