M Wawasan, Padang--- PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) terjadi akhir tahun 1956 dan awal tahun 1957 dianggap suatu pemberontakan yang merongrong kedaulatan Negara dan Kesatuan Republik Indonesian (NKRI).
Karena PRRI dianggap oleh pemerintah pusat sebagai suatu pemberontakan yang merongrong kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesian (NKRI) maka PRRI ketika itu dimusnahkan . Salah seorang yang ikut menjadi korban Muhammad Syafe,i di Kubu Karambie Kota Padang Panjang Sumatera Barat.
Huseifi, SE.Ak, Cucu Muhammad Syafe’i kepada media ini di Pusat Kegiatan Mahasiswa(PKM) Universitas Andalas, Jum’at(16/10) mengatakan kalau kita bercerita dengan para pelaku sejarah dan orang yang menyaksikan penumpasan terhadap PRRI di Sumatera ketika itu sangat menyedihkan dan menyakitkan hati anak dan cucu para pejuang PRRI yang tewas.
Namun kita tidak akan membicarakan itu melainkan kita mengingat bahwa semangat juang yang dilakukan oleh para pejuang PRRI patut kita contoh dari segi positifnya. “ jangan lihat pemberontakannya namun lihat semangat juang yang dilakukan terhadap sesuatu yang dipahami namun itu dianggap benar”, ungkap Alumni Jurusan Akutansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas itu.
Kalau ditelusuri lebih jauh, terjadinya PRRI di Sumatera karena masyarakat daerah tidak puas terhadap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah pusat terutama masalah pembangunan, ungkap pegawai swsta yang sehari-hari berdomisili di Jakarta.
Kita tidak akan meminta pemerintah untuk meminta maaf kepada anak-anak dan cucu para pejuang PRRI namun kita minta kepada pemerintah untuk luruskan kembali sejarah agar generasi muda tidak salah tingkah dan salah persepsi terhadap PRRI. Banyak anak dari pejuang PRRI yang tidak sekolah karena dicap pemberontak, tambahnya.
Untuk itu, saya juga berharap kepada pemerintah terutama Pemko Padang Panjang untuk memberikan penghargaan terhadap kakek saya karena beliau adalah pejuang PRRI. “Setidaknya Pemko Padang Panjang membangun tugu di Simpang Kubu Karambie Padang Panjang untuk mengenangnya",harapnya.
Apalagi kakek saya ketika itu adalah ulama yang tergabung kepada Masyumi, salah seorang Walinagari di Padang Panjang bahkan menjadi Ketua Walinagari di Sumatera Tengah bagian selatannya.
Tidak itu saja, ketika itu beliau mengayomi banyak pengikut yang harus diselamatkannya, ungkap Huseifi lagi mengenang cerita dari adik Muhammad Syafe’i yang masih hidup sampai saat ini.
Begitu juga hendaknya, sejarah PRRI dimasukan ke sekolah-sekolah agar masyarakat dan generasi penerus tahu dan mengerti apa itu PPRI dan apa penyebab terjadinya.
Sekali lagi saya berharap, ungkap Huseifi. “Saya tidak berpihak kepada PRRI namun mari kembali kita gali nilai-nilai dari semangat juang yang dimiliki oleh para pejuang PRRI bukan kepada jiwa pemberontakannya.
Saya juga berencana akan menulis di kuburan kakek saya bahwa telah wafat salah seorang pahlawan yang telah memperjuangkan nasib masyarakatnya.
Kepada adik-adik Resimen Mahasiswa Universtas Andalas berharap agar mengiventaris Para pejuang PRRI yang ada di daerah-daerah yang ada Sumatera Barat.
Apalagi pada saat ini bertepatan dengan komitmen pemerintah untuk mendidik masyarakat dan pemuda dengan keilmuan bela negara, ungkapnya mengakiri.
Dilaporkan : Syafrizal Buya