MWawasan.ACEH- Peringatan 12 tahun gempa dan musibah Tsunami di Aceh yang berlangsung Senin (26/12) pagi, ditandai dengan ziarah ke kuburan massal dan doa bersama yang berada di Kuburan Massal Meuraxa Ulee Lheue, Banda Aceh.
Sejumlah tamu dan undangan dari berbagai unsur, baik pemerintah, tokoh masyarakat, dan warga ikut serta dalam ziarah tersebut di kuburan yang kurang lebih ada sekitar 14.264 jasad korban tsunami Aceh yang disemayamkan disana.
Plt Gubernur Aceh, Soedarmo dalam pidato sambutannya dihadapan ratusan warga yang hadir di halaman Masjid Baiturrahim Ulee Lheue mengatakan, peringatan 12 tahun musibah tsunami harus dijadikan semangat untuk bangkit dan tanggap bencana.
“Kita meminta kepada masyarakat untuk waspada terhadap bencana, apalagi Aceh berada di wilayah rawan bencana dan tentunya pemerintah akan meningkatkan terus perhatian khususnya untuk pelatihan-pelatihan sigap bencana bagi masyarakat,” kata Soedarmo yang juga ikut memberikan santunan kepada anak yatim.
Peringatan tsunami, ungkap Soedarmo tidak hanya membayangkan kesedihan semata. Tapi harus ada pelajaran yang dapat dipetik dari musibah yang melanda tersebut.
“Salah satu pelajaran dalam musibah tersebut adalah perlunya mendorong agar masyarakat Aceh peduli tentang masalah kebencanaan. Apalagi Aceh termasuk salah satu wilayah yang terletak di kawasan rawan bencana,” jelas Soedarmo.
Bencana yang melanda Aceh bukan hanya tsunami dan gempa saja. Banjir dan tanah longsor terjadi hampir tiap tahun. Menurut Soedarmo, beberapa dari bencana yang terjadi di Aceh juga disebabkan oleh ulah manusia.
“Karena itu, pada kesempatan ini saya mengajak kita semua agar dapat menahan diri dari segala perbuatan yang berpotensi merusak alam lingkungan. Mari kita jadikan momentum peringatan tsunami ini untuk melahirkan perilaku positif dalam diri kita agar lebih peduli menjaga alam lingkungan. Pengetahuan di bidang kebencanaan harus pula kita tingkatkan agar upaya mitigasi bencana dapat kita lakukan secara cepat, efektif dan masif,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam tausyiah peringatan 12 tahun Tsunami, Rektor UIN Ar-Raniry Farid Wajdi Ibrahim menyampaikan, musibah tsunami Aceh adalah sebuah keajaiban bagi seluruh masyarakat Aceh.
“Tsunami ini rahmat dan keajaiban Allah, kita bisa masjid ini saja masih berdiri kokoh padahal posisinya tepat di pinggir laut. Semoga saudara-saudara kita yang telah berpulang kepada Allah Swt saat musibah 12 tahun silam menjadi syuhada,” sebutnya.
Adapun agenda puncak peringatan 12 tahun Tsunami yang mengangkat tema “Majukan Negeri, Bangun Budaya Siaga Bencana Masyarakat” diakhir dengan makan siang bersama masyarakat dan tamu undangan.
#Gan/humas acehprov
Sejumlah tamu dan undangan dari berbagai unsur, baik pemerintah, tokoh masyarakat, dan warga ikut serta dalam ziarah tersebut di kuburan yang kurang lebih ada sekitar 14.264 jasad korban tsunami Aceh yang disemayamkan disana.
Plt Gubernur Aceh, Soedarmo dalam pidato sambutannya dihadapan ratusan warga yang hadir di halaman Masjid Baiturrahim Ulee Lheue mengatakan, peringatan 12 tahun musibah tsunami harus dijadikan semangat untuk bangkit dan tanggap bencana.
“Kita meminta kepada masyarakat untuk waspada terhadap bencana, apalagi Aceh berada di wilayah rawan bencana dan tentunya pemerintah akan meningkatkan terus perhatian khususnya untuk pelatihan-pelatihan sigap bencana bagi masyarakat,” kata Soedarmo yang juga ikut memberikan santunan kepada anak yatim.
Peringatan tsunami, ungkap Soedarmo tidak hanya membayangkan kesedihan semata. Tapi harus ada pelajaran yang dapat dipetik dari musibah yang melanda tersebut.
“Salah satu pelajaran dalam musibah tersebut adalah perlunya mendorong agar masyarakat Aceh peduli tentang masalah kebencanaan. Apalagi Aceh termasuk salah satu wilayah yang terletak di kawasan rawan bencana,” jelas Soedarmo.
Bencana yang melanda Aceh bukan hanya tsunami dan gempa saja. Banjir dan tanah longsor terjadi hampir tiap tahun. Menurut Soedarmo, beberapa dari bencana yang terjadi di Aceh juga disebabkan oleh ulah manusia.
“Karena itu, pada kesempatan ini saya mengajak kita semua agar dapat menahan diri dari segala perbuatan yang berpotensi merusak alam lingkungan. Mari kita jadikan momentum peringatan tsunami ini untuk melahirkan perilaku positif dalam diri kita agar lebih peduli menjaga alam lingkungan. Pengetahuan di bidang kebencanaan harus pula kita tingkatkan agar upaya mitigasi bencana dapat kita lakukan secara cepat, efektif dan masif,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam tausyiah peringatan 12 tahun Tsunami, Rektor UIN Ar-Raniry Farid Wajdi Ibrahim menyampaikan, musibah tsunami Aceh adalah sebuah keajaiban bagi seluruh masyarakat Aceh.
“Tsunami ini rahmat dan keajaiban Allah, kita bisa masjid ini saja masih berdiri kokoh padahal posisinya tepat di pinggir laut. Semoga saudara-saudara kita yang telah berpulang kepada Allah Swt saat musibah 12 tahun silam menjadi syuhada,” sebutnya.
Adapun agenda puncak peringatan 12 tahun Tsunami yang mengangkat tema “Majukan Negeri, Bangun Budaya Siaga Bencana Masyarakat” diakhir dengan makan siang bersama masyarakat dan tamu undangan.
#Gan/humas acehprov