Breaking

Saturday, February 25, 2017

Duterte Kirim Senator ke Penjara, Dituduh Bersekongkol dan Menentang Kebijakan Perangi Narkoba

MWawasan.Manila(FILIPINA) ~ Perseteruan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan Senator Leila de Lima mencapai puncaknya, kemarin (24/2). Pemimpin 71 tahun itu memerintahkan penangkapan terhadap politikus perempuan yang getol mengkritiknya sejak 2009 tersebut atas tuduhan bersekongkol dengan sindikat narkoba. De Lima menolak segala tudingan dan yakin bahwa presiden asal Mindanao itu hanya berusaha membungkamnya.

’’Suatu kehormatan bagi saya karena masuk penjara demi hal-hal yang saya perjuangkan. Tolong doakan saya,’’ kata De Lima.

Kemarin tokoh 57 tahun tersebut meninggalkan kantor Senat yang menjadi persembunyiannya sejak Pengadilan Negeri Muntinlupa menerbitkan surat perintah penangkapan pada Kamis (23/2). Sebelum pukul 08.00, De Lima menyerahkan diri kepada polisi yang menunggunya di luar.

Sebelum aparat dengan seragam lengkap dan jaket antipeluru itu menggiringnya pergi, De Lima sempat berbicara kepada media tentang penangkapannya. Sekali lagi dia menegaskan bahwa dirinya tidak bersalah. Tapi, dia juga paham dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup jika pemerintahan Duterte berhasil membuktikan tuduhan mereka tentang persekongkolannya dengan sindikat narkoba.

’’Mereka tidak akan pernah bisa membungkam saya. Mereka juga tidak akan bisa membuat saya berhenti memperjuangkan keadilan dan kebenaran,’’ tegas mantan ketua Komisi HAM Filipina tersebut kemarin. Sebelum polisi membawanya masuk ke mobil, De Lima sempat menjelaskan bahwa rezim Duterte merepresi rakyat dengan kedok perang antinarkoba.

Kemarin aparat membawa De Lima ke rumah tahanan khusus. Di tempat itulah para tokoh masyarakat yang terjerat hukum ditahan. Rumah tahanan tersebut memang sederhana. Namun, ruangan untuk para tahanan cukup lega. Tempat itu jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi penjara-penjara Filipina yang penuh sesak oleh narapidana. Sebagian besar adalah narapidana kasus narkoba.

De Lima dan para pendukungnya yakin Duterte memerintahkan penangkapan tersebut untuk membuat oposisi gentar. Presiden yang berstatus single itu juga berusaha mengintimidasi orang-orang yang dekat dengan De Lima agar berhenti mengkritik pemerintah. Terutama program antinarkoba yang dicanangkan sejak Juni lalu. Program yang juga menuai kecaman dunia internasional itu merenggut 2.555 nyawa tersangka narkoba dan 4.000 orang lainnya.

’’Orang-orang ketakutan. Jika pemerintah bisa menangkap sosok berpengaruh seperti De Lima, tidak ada yang tak bisa pemerintah lakukan terhadap rakyat kecil. Itu pesan yang ingin presiden sampaikan lewat penangkapan tersebut,’’ kata Robert Reyes, pastor sekaligus aktivis HAM yang kemarin pagi ikut mengantarkan De Lima menyerahkan diri. Pada Kamis malam, dia juga ikut menginap di kantor Senat.

Wakil Presiden Leni Robredo yang merupakan teman De Lima di Partai Liberal mengecam penangkapan sang mantan menteri kehakiman itu. Dia menganggap penangkapan De Lima sebagai rekayasa politik. Amnesti Internasional pun punya pendapat yang sama dengan Robredo. ’’Hal tersebut merupakan upaya keji pemerintah untuk membungkam kritik terhadap presiden,’’ tegas organisasi nonprofit tersebut.

Selain menangkap De Lima, aparat mengamankan Rafael Marcos Ragos dan Ronnie Palisoc Dayan. Ragos yang menjabat kepala penjara (Bureau of Corrections) itu dianggap bersekongkol dengan De Lima. Selanjutnya, Dayan –sopir pribadi De Lima– juga ditangkap karena tidak melaporkan penyelewengan yang dilakukan atasannya.

’’Semua itu merupakan preseden buruk bagi pemerintah Filipina. Menangkap seseorang yang dianggap sebagai musuh atau ancaman hanya dengan mengandalkan dugaan tanpa bukti adalah kebijakan berbahaya,’’ kritik Senator Risa Hontiveros.

Namun, kubu Duterte bergeming. Mereka yakin De Lima bersalah karena menyalahgunakan wewenangnya sebagai menteri untuk berbisnis dengan penjahat narkoba. De Lima yang pada awal pekan menyebut Duterte sebagai pembunuh berantai tersebut sempat merekam sikapnya terhadap perang antinarkoba Filipina. Hingga kemarin, video berdurasi sepuluh menit yang diunggah lewat Facebook itu menjadi perhatian.

’’Tidak perlu diragukan lagi, presiden kami adalah seorang pembunuh. Dia adalah pembunuh berantai yang juga psikopat,’’ ujarnya. 


#Gan/AFP/Reuters/CNN

No comments:

Post a Comment

Koran Wawasan Edisi 194, Februari 2023

"Prakiraan Cuaca Senin 14 Oktober 2024"


"KEPUASAN ANDA UTAMA KAMI"




BOFET HARAPAN PERI Jl. SAMUDRA No 1 KOMP. PUJASERA PANTAI PADANG
Selamat Datang diSemoga Anda Puas