MWawasan.Singaraja(BALI) ~ Aksi bunuh diri lagi-lagi terjadi di Bumi Panji Sakti. Kali ini seorang kakek, asal Dusun Munduk, Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, bernama Ida Kadek Astawa (62).
Dirinya nekat mengakhiri hidup dengan cara membakar diri sendiri, menggunakan api yang berasal dari lampu petromax, pada Sabtu (11/3/2017) malam.
Nahas, tewasnya kakek Astawa baru diketahui oleh keluarga pada Senin (13/3/2017) pukul 13.00 Wita.
Mereka mendapatkan tubuh kakek malang ini dalam keadaan gosong dan membusuk di atas tempat tidurnya sendiri.
Seluruh keluarga besar kakek Astawa, termasuk anak kandungnya, Ida Ayu Putu Swastini (31) menangis histeris seakan tak percaya jika sang ayah harus pergi selamanya dengan cara yang tragis.
Dirinya nekat mengakhiri hidup dengan cara membakar diri sendiri, menggunakan api yang berasal dari lampu petromax, pada Sabtu (11/3/2017) malam.
Nahas, tewasnya kakek Astawa baru diketahui oleh keluarga pada Senin (13/3/2017) pukul 13.00 Wita.
Mereka mendapatkan tubuh kakek malang ini dalam keadaan gosong dan membusuk di atas tempat tidurnya sendiri.
Seluruh keluarga besar kakek Astawa, termasuk anak kandungnya, Ida Ayu Putu Swastini (31) menangis histeris seakan tak percaya jika sang ayah harus pergi selamanya dengan cara yang tragis.
Kakek Astawa nekat membakar dirinya sendiri di dalam gubuk berukuran 5x5 meter miliknya, yang terletak di Dusun Munduk, Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.
Diduga, pria yang kesehariannya bekerja sebagai tukang ojek ini nekat mengakhiri hidup lantaran penyakit jantung, sesak napas, dan kencing manis yang diderita sejak lama tak kunjung sembuh.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Tribun Bali, jenazah Kakek Astawa pertama kali ditemukan oleh Ida Ayu Putu Swastini bersama cucu keduanya, Ida Bagus Rangga Wisnu Wardana (19).
Kala itu, Swastini sempat menaruh curiga kepada sang ayah yang tak kunjung pulang ke rumah selama tiga hari lamanya.
Berangkat dari kecurigaan itulah, Swastini akhirnya memutuskan untuk mencari Kakek Astawa, di gubuk sederhana milik sang ayah, yang terbuat dari tembok bata dan beratapkan genteng, pada pada Senin (13/3/2017) pukul 13.00 Wita.
Setelah dilakukan pencarian, Swastini lega melihat sepeda motor Honda Supra, DK 3076 VE milik Kakek Astawa terparkir rapi di halaman gubuk.
Namun saat mendekati pintu masuk, betapa terkejutnya dia ketika melihat kondisi tembok yang awalnya berwarna merah bata, berubah menjadi cokelat gelap akibat terbakar.
Dia pun bergegas membuka pintu gubuk, namun sayang pintu yang terbuat dari kayu itu terkunci dari dalam.
Kepanikannya pun semakin memuncak.
Dia berusaha menengok sang ayah dari kaca jendela gubuk.
Tubuhnya sontak saja melemah ketika melihat kondisi sang ayah telah gosong, hangus terbakar.
Swastini pun berteriak histeris, lantas berlari menuju ke rumahnya yang terletak sekitar 700 meter dari lokasi kejadian, memberi tahukan kepada seluruh keluarga jika ayahnya telah tewas terbakar.
Mendengar adanya kejadian tersebut, pihak kepolisian sektor Banjar bersama dengan perangkat desa bergegas menuju ke Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Oleh petugas, pintu gubuk didobrak.
Mereka pun menemukan Kakek Astawa sudah dalam keadaan meninggal dunia, dengan kondisi sekujur tubuh hangus terbakar.
“Posisi korban tengadah di atas tempat tidur, dengan kepala mengarah ke selatan. Kami juga menemukan bekas lampu petromak yang terbakar dekat tubuh korban, serta puing-puing arang bekas tempat tidur yang terbakar. Diduga korban membakar tubuhnya dengan menggunakan lampu petromak itu,” kata Kapolsek Banjar, Kompol Anak Agung Gede Sena saat dihubungi melalui saluran telepon seluler.
Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, petugas kepolisian menduga kejadian ini merupakan aksi bunuh diri.
Sebab, berdasarkan hasil pemeriksaan, pihaknya tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh jenazah kakek Astawa.
Pun dengan waktu kematiannya, di perkirakan kakek Astawa meninggal dunia sejak Sabtu (11/3/2017) malam.
“Yang terbakar itu hanya bagian kamar, tempat korban bunuh diri. Kami sudah memeriksa sejumlah warga, semuanya mengaku tidak tau dan tidak ada yang melihat api maupun asap yang keluar dari gubuk itu,” jelasnya.
Lanjut Kompol Sena, pihak keluarga menolak untuk melakukan autopsi terhadap tubuh jenazah Kakek Astawa.
Mereka menganggap kejadian ini merupakan musibah.
“Keluarga korban sudah membuat surat pernyataan tidak melakukan otopsi. Namun kami tetap akan melakukan penyelidikan lebih lanjut,” tandasnya. (*)
Diduga, pria yang kesehariannya bekerja sebagai tukang ojek ini nekat mengakhiri hidup lantaran penyakit jantung, sesak napas, dan kencing manis yang diderita sejak lama tak kunjung sembuh.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Tribun Bali, jenazah Kakek Astawa pertama kali ditemukan oleh Ida Ayu Putu Swastini bersama cucu keduanya, Ida Bagus Rangga Wisnu Wardana (19).
Kala itu, Swastini sempat menaruh curiga kepada sang ayah yang tak kunjung pulang ke rumah selama tiga hari lamanya.
Berangkat dari kecurigaan itulah, Swastini akhirnya memutuskan untuk mencari Kakek Astawa, di gubuk sederhana milik sang ayah, yang terbuat dari tembok bata dan beratapkan genteng, pada pada Senin (13/3/2017) pukul 13.00 Wita.
Setelah dilakukan pencarian, Swastini lega melihat sepeda motor Honda Supra, DK 3076 VE milik Kakek Astawa terparkir rapi di halaman gubuk.
Namun saat mendekati pintu masuk, betapa terkejutnya dia ketika melihat kondisi tembok yang awalnya berwarna merah bata, berubah menjadi cokelat gelap akibat terbakar.
Dia pun bergegas membuka pintu gubuk, namun sayang pintu yang terbuat dari kayu itu terkunci dari dalam.
Kepanikannya pun semakin memuncak.
Dia berusaha menengok sang ayah dari kaca jendela gubuk.
Tubuhnya sontak saja melemah ketika melihat kondisi sang ayah telah gosong, hangus terbakar.
Swastini pun berteriak histeris, lantas berlari menuju ke rumahnya yang terletak sekitar 700 meter dari lokasi kejadian, memberi tahukan kepada seluruh keluarga jika ayahnya telah tewas terbakar.
Mendengar adanya kejadian tersebut, pihak kepolisian sektor Banjar bersama dengan perangkat desa bergegas menuju ke Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Oleh petugas, pintu gubuk didobrak.
Mereka pun menemukan Kakek Astawa sudah dalam keadaan meninggal dunia, dengan kondisi sekujur tubuh hangus terbakar.
“Posisi korban tengadah di atas tempat tidur, dengan kepala mengarah ke selatan. Kami juga menemukan bekas lampu petromak yang terbakar dekat tubuh korban, serta puing-puing arang bekas tempat tidur yang terbakar. Diduga korban membakar tubuhnya dengan menggunakan lampu petromak itu,” kata Kapolsek Banjar, Kompol Anak Agung Gede Sena saat dihubungi melalui saluran telepon seluler.
Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, petugas kepolisian menduga kejadian ini merupakan aksi bunuh diri.
Sebab, berdasarkan hasil pemeriksaan, pihaknya tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh jenazah kakek Astawa.
Pun dengan waktu kematiannya, di perkirakan kakek Astawa meninggal dunia sejak Sabtu (11/3/2017) malam.
“Yang terbakar itu hanya bagian kamar, tempat korban bunuh diri. Kami sudah memeriksa sejumlah warga, semuanya mengaku tidak tau dan tidak ada yang melihat api maupun asap yang keluar dari gubuk itu,” jelasnya.
Lanjut Kompol Sena, pihak keluarga menolak untuk melakukan autopsi terhadap tubuh jenazah Kakek Astawa.
Mereka menganggap kejadian ini merupakan musibah.
“Keluarga korban sudah membuat surat pernyataan tidak melakukan otopsi. Namun kami tetap akan melakukan penyelidikan lebih lanjut,” tandasnya. (*)
No comments:
Post a Comment