MWawasan.Mosul ~ ISIS mengklaim serangan bom mobil yang menewaskan 23 orang di Baghdad pada Senin (20/3), seiring dengan semakin terdesaknya kelompok militan itu akibat gempuran besar-besaran militer Irak di Mosul.
Dilansir Reuters, klaim atas bom yang meledak di distrik bisnis Hay al-Amel pada 07.00 waktu setempat itu datang hampir bersamaan dengan berita bahwa di Mosul, ISIS mulai kehabisan amunisi dan akhirnya menyekap satu kolonel dan delapan personel kepolisian Irak.
Awalnya, seorang pejabat unit Tanggap Darurat Kementerian Dalam Negeri Irak, Abdel Amir al-Mohammedawi, menyangkal kabar penangkapan petugas keamanan itu. Namun kemudian, sumber kepolisian federal mengatakan, personelnya itu sudah tewas dibunuh.
Operasi besar-besaran yang digencarkan militer Irak sejak Oktober lalu ini pun semakin sulit ditebak. Pasukan pemerintah memang sudah berhasil merebut bagian timur Mosul dari tangan ISIS. Namun, bagian barat Mosul memiliki tantangan tersendiri karena merupakan daerah padat penduduk.
Tak hanya menjadikan warga sipil menjadi tameng, ISIS juga mulai memaksa para pemuda untuk bertempur bersama mereka, demi mengisi kekurangan personel. Seorang mantan pejabat pemerintahan di Mosul, Ali, sampai harus menyembunyikan anaknya ketika ISIS datang.
“Rasanya seperti pertempurannya sudah selesai dan kini mereka hanya berusaha bertahan. Saya menyembunyikan putra saya di ruang bawah tanah dan mengatakan kepada mereka bahwa jika kalian menginginkan anak saya, kalian harus membunuh saya dulu,” tutur Ali.
Ali merupakan salah satu warga yang dianggap tak beruntung. Sementara itu, para warga lain cukup beruntung karena berhasil memanfaatkan hujan dan kabut di pagi hari untuk kabur ke zona aman pemerintah.
Kementerian Imigrasi mencatat, hingga kini sudah ada 355 ribu warga yang hidup terkatung-katung setelah meninggalkan rumahnya demi menghindari konflik berkepanjangan di Mosul sejak Oktober lalu.
Dilansir Reuters, klaim atas bom yang meledak di distrik bisnis Hay al-Amel pada 07.00 waktu setempat itu datang hampir bersamaan dengan berita bahwa di Mosul, ISIS mulai kehabisan amunisi dan akhirnya menyekap satu kolonel dan delapan personel kepolisian Irak.
Awalnya, seorang pejabat unit Tanggap Darurat Kementerian Dalam Negeri Irak, Abdel Amir al-Mohammedawi, menyangkal kabar penangkapan petugas keamanan itu. Namun kemudian, sumber kepolisian federal mengatakan, personelnya itu sudah tewas dibunuh.
Operasi besar-besaran yang digencarkan militer Irak sejak Oktober lalu ini pun semakin sulit ditebak. Pasukan pemerintah memang sudah berhasil merebut bagian timur Mosul dari tangan ISIS. Namun, bagian barat Mosul memiliki tantangan tersendiri karena merupakan daerah padat penduduk.
Tak hanya menjadikan warga sipil menjadi tameng, ISIS juga mulai memaksa para pemuda untuk bertempur bersama mereka, demi mengisi kekurangan personel. Seorang mantan pejabat pemerintahan di Mosul, Ali, sampai harus menyembunyikan anaknya ketika ISIS datang.
“Rasanya seperti pertempurannya sudah selesai dan kini mereka hanya berusaha bertahan. Saya menyembunyikan putra saya di ruang bawah tanah dan mengatakan kepada mereka bahwa jika kalian menginginkan anak saya, kalian harus membunuh saya dulu,” tutur Ali.
Ali merupakan salah satu warga yang dianggap tak beruntung. Sementara itu, para warga lain cukup beruntung karena berhasil memanfaatkan hujan dan kabut di pagi hari untuk kabur ke zona aman pemerintah.
Kementerian Imigrasi mencatat, hingga kini sudah ada 355 ribu warga yang hidup terkatung-katung setelah meninggalkan rumahnya demi menghindari konflik berkepanjangan di Mosul sejak Oktober lalu.
#Gan/reuter/cnn/has
No comments:
Post a Comment