Breaking

Friday, April 28, 2017

Perlunya Penguatan Kerja Sama Regional Untuk Hadapi Tantangan Global

MWawasan.JAKARTA~ Mekanisme multilateral yang ada sekarang ini terbukti tidak efektif dalam menghadapi berbagai krisis yang ada. Dengan demikian, kerja sama yg efektif melalui arsitektur regional merupakan kunci bagi Indonesia dalam upaya untuk turut berperan mewujudkan perdamaian dunia. 

Hal ini disampaikan oleh mantan Menteri Luar Negeri RI, Dr. N. Hassan Wirajuda, pada sesi dengan tema "The Principle and Dynamics of Indonesia's Foreign Policy" di hadapan para peserta the 14th Mid-Career Diplomatic Training dan Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) Angkatan ke-58.

Dr. N. Hassan Wirajuda menjelaskan bahwa PBB, khususnya Dewan Keamanan (DK) PBB, memiliki mandat untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia. Namun demikian, dalam menghadapi berbagai krisis yang ada sekarang ini, seperti di Suriah dan Yaman, PBB dan DK PBB tidak dapat menjalankan fungsinya secara efektif. Keberadaan organisasi regional di kawasan konflik tersebut, seperti Arab League dan Gulf Cooperation Council, juga tidak terasa. Upaya-upaya untuk menyelesaikan permasalahan krisis di Suriah dan Yaman cenderung dilakukan di luar mekanisme-mekanisme yang ada.

Sejarah menunjukkan bahwa "it took crises to change". Misalnya, kelahiran nation states dari Westphalian Treaty di tahun 1648 setelah 30 years war yang mengubah tatanan negara-negara, pembentukan League of Nations tahun 1920 setelah perang dunia pertama, dan kehadiran PBB tahun 1945 setelah perang dunia kedua utk menggantikan League of Nations. Namun demikian, perlu terus dicermati apakah dari krisis-krisis di berbagai belahan dunia yg ada saat ini akan memicu reformasi di tubuh PBB maupun organisasi-organisasi multilateral lainnya.

Indonesia, sesuai dengan pembukaan konstitusi, memiliki amanat untuk turut mewujudkan perdamaian dunia.  Terdapat sense of activism dalam politik luar negeri bebas aktif yg dijalankan Indonesia. Sebagai sebuah nation state, hubungan dengan negara-negara dijalankan oleh Indonesia tanpa memandang latar belakang agama dan etnis. 

Upaya diplomasi dilakukan untuk mencapai national interest dan mempromosikan national values. Lebih lanjut, Dr. Hassan Wirajuda menyampaikan bahwa national interest Indonesia terdiri dari permanent interest, yakni hal-hal yg menjadi cita-cita bangsa, sesuai dengan alinea ke-4 pembukaan UUD 1945, dan dynamic interest, yang dinamis mengikuti kebutuhan saat itu.

Di penghujung sesi, Dr. N. Hassan Wirajuda menegaskan bahwa arsitektur regional yg solid menjadi penting manakala mekanisme multilateral tidak efektif. Sebagai contoh, kehadiran ASEAN yang telah mencapai 50 tahun dalam memberikan kestabilan, keamanan dan kemakmuran di kawasan Asia Tenggara.

Program Sesdilu angkatan ke-58 dimulai sejak pertengahan Februari 2017 dengan peserta berjumlah 28 orang, sedangkan program Sesdilu Internasional angkatan ke-14 dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI pada tanggal 25 April 2017. Sebanyak sepuluh peserta mengikuti program Sesdilu Internasional angkatan ke-14, yang diikuti oleh diplomat dari Afrika Selatan, Bangladesh, Ethiopia, Irak, Maroko, Mozambik, Namibia, Suriname, Tajikistan, dan Tunisia.​​ 




#Gan/ Pusdiklat/UPT Sesdilu​​

No comments:

Post a Comment

Koran Wawasan Edisi 194, Februari 2023

"Prakiraan Cuaca Senin 14 Oktober 2024"


"KEPUASAN ANDA UTAMA KAMI"




BOFET HARAPAN PERI Jl. SAMUDRA No 1 KOMP. PUJASERA PANTAI PADANG
Selamat Datang diSemoga Anda Puas