MWawasan.YORDANIA~ Dalam menjawab tantangan-tantangan global dunia Islam, Kementerian Wakaf dan Tempat Suci (Kementerian Agama) Kerajaan Hasyimiah Yordania bekerjasama dengan Kementerian Agama RI, membuka International Conference on Islam and Its Contemporary Challenges pada tanggal 27 April 2017, bertempat di Royal Cultural Center, Amman, Yordania. Konferensi ini dinaungi langsung oleh Raja Yordania, Abdullah II.
Kemitraan Indonesia dengan Yordania kali ini adalah kelanjutan dari Konferensi Internasional tentang Islam, Peradaban, dan Perdamaian di Jakarta pada tanggal 23-24 April 2013, yang telah menghasilkan 9 Rekomendasi Jakarta.
Konferensi kedua ini diikuti oleh para peserta dari 15 negara dari wilayah Timur Tengah dan Afrika, untuk Asia hanya diwakili oleh Indonesia. Dubes RI di Amman, Andy Rachmianto, bersama sekitar 400 undangan dari berbagai kalangan menghadiri upacara pembukaan. Acara dibuka oleh Menteri Agama Yordania dan Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI (mewakili Menteri Agama RI), serta Ketua Komite Prof. Dr. Abdul Salam Al Abbadi (Sekjen Fiqh International Islamic Community dan mantan Menteri Agama Yordania). Indonesia diwakili 12 rektor dan pimpinan berbagai perguruan tinggi nasional.
Konferensi ini diharapkan mampu mempromosikan pesan suci Islam, yaitu persaudaraan, toleransi, peradaban, dan perdamaian. Islam sebagai agama yang memuliakan kemanusiaan, merupakan referensi utama dalam membentuk toleransi, tidak hanya dalam sesama umat muslim, namun juga antar umat beragama.
Dalam menjawab tantangan modern seperti Islamophobia, radikalisme, dan terorisme, harus diawali dari pembentukan pemahaman diri yang baik, yaitu melalui ilmu, yang tercantum dalam Al-Quran dan hadits.
Dirjen Pendidikan Islam, Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, MA, juga menggarisbawahi pentingnya umat Islam dalam memanfaatkan globalisasi dan kemajuan teknologi informasi untuk memberi perspektif tentang isu isu seperti hak asasi manusia, demokrasi, kesetaraan gender, ekstrimisme dan radikalisme. Khususnya melalui pengarusutamaan atas pemahaman keagamaan yang moderat untuk merawat dan memperkokoh persatuan umat Islam
Islam sebagai agama universal dan sumber otoritas Islam (Quran dan sunna) tetap sama dimanapun. Namun artikulasi dan manifestasinya bisa berbeda beda karena Islam harus merespon dan berdialog dengan kebutuhan zaman dan tempat dimana Islam akan dimplementasikan.
Pandangan ini sejalan dengan semangat "Amman Message" dalam menemukan signifikansi dan relevansi untuk menginspirasi keberagamaan yang sesuai dengan modernitas, demokrasi dan menghargai perbedaan dan kemajukan.
#Gan/HumasKemenlu
No comments:
Post a Comment