MWawasan.JENEWA~ Dalam pertemuan Trade Policy Review ke-7 WTO terhadap kebijakan perdagangan Brasil (17/7), Delegasi Indonesia telah meminta Brasil untuk menyederhanakan prosedur investigasi tindakan anti-dumping and anti-subsidi (trade remedies). Berdasarkan catatan yang ada, terdapat peningkatan penggunaan instrumen perdagangan ini oleh Brasil terhadap produk impor asal Indonesia.
Dalam pertemuan tersebut, Deputi Wakil Tetap RI untuk WTO, Duta Besar Sondang Anggraini, menyampaikan bahwa dari data WTO bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Desember 2016 terdapat peningkatan jumlah impor dari negara mitra yang terkena dampak dari kebijakan trade remedies Brasil, yaitu 0,76% (dari jumlah total impor) pada tahun 2013; 0,79% pada tahun 2014; 0,93% pada tahun 2015; dan 1,06% pada tahun 2016.
Dikatakan oleh Dubes Sondang bahwa data WTO dalam empat tahun terakhir menunjukkan terdapatnya peningkatan sebesar dua kali lipat dalam penggunaan kebijakan anti-dumping oleh pemerintah Brasil. Dengan mengacu kepada laporan WTO mengenai kebijakan perdagangan Brasil, Dubes Sondang juga menyampaikan bahwa kerangka kelembagaan pemerintah Brasil terkait dengan kebijakan trade remedies belum mengalami perubahan sejak review terakhir pada Januari 2013.
Mengingat kebijakan suatu trade remedies harus dicabut apabila verifikasi lapangan membuktikan bahwa kebijakan dimaksud menyalahi aturan WTO, melalui TPR tersebut turut disampaikan Dubes Sondang bahwa Indonesia mendorong Brasil untuk meningkatkan transparansi dan penyederhanaan prosedur investigasi terkait dengan trade remedies; dan berharap agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan oleh Pemerintah kedua negara dalam waktu dekat.
Selain mengangkat isu trade remedies, Indonesia juga menyampaikan keprihatinan atas kebijakan bantuan domestik (domestic support) dari pemerintah Brasil kepada perusahaan Brasil, khususnya dalam bentuk insentif pajak maupun bukan pajak; serta dalam bentuk pengaturan sistem perpajakan, investasi, dan kebijakan sektoral yang menyebabkan sulitnya produk pertanian negara berkembang (termasuk Indonesia) bersaing dengan produk yang disubsidi.
Brasil adalah mitra dagang terbesar Indonesia di kawasan Amerika Selatan dan Karibia. Sedangkan bagi Brazil, Indonesia adalah mitra dagang kedua terbesar di kawasan Asia Tenggara. Disinyalir kebijakan trade remedies Brazil telah berkontribusi terhadap penurunan perdagangan bilateral antara kedua negara – dari AS$ 4,05 milyar di tahun 2014 menjadi AS$ 3,5 milyar di tahun 2016.
Dalam pertemuan tersebut, Deputi Wakil Tetap RI untuk WTO, Duta Besar Sondang Anggraini, menyampaikan bahwa dari data WTO bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Desember 2016 terdapat peningkatan jumlah impor dari negara mitra yang terkena dampak dari kebijakan trade remedies Brasil, yaitu 0,76% (dari jumlah total impor) pada tahun 2013; 0,79% pada tahun 2014; 0,93% pada tahun 2015; dan 1,06% pada tahun 2016.
Dikatakan oleh Dubes Sondang bahwa data WTO dalam empat tahun terakhir menunjukkan terdapatnya peningkatan sebesar dua kali lipat dalam penggunaan kebijakan anti-dumping oleh pemerintah Brasil. Dengan mengacu kepada laporan WTO mengenai kebijakan perdagangan Brasil, Dubes Sondang juga menyampaikan bahwa kerangka kelembagaan pemerintah Brasil terkait dengan kebijakan trade remedies belum mengalami perubahan sejak review terakhir pada Januari 2013.
Mengingat kebijakan suatu trade remedies harus dicabut apabila verifikasi lapangan membuktikan bahwa kebijakan dimaksud menyalahi aturan WTO, melalui TPR tersebut turut disampaikan Dubes Sondang bahwa Indonesia mendorong Brasil untuk meningkatkan transparansi dan penyederhanaan prosedur investigasi terkait dengan trade remedies; dan berharap agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan oleh Pemerintah kedua negara dalam waktu dekat.
Selain mengangkat isu trade remedies, Indonesia juga menyampaikan keprihatinan atas kebijakan bantuan domestik (domestic support) dari pemerintah Brasil kepada perusahaan Brasil, khususnya dalam bentuk insentif pajak maupun bukan pajak; serta dalam bentuk pengaturan sistem perpajakan, investasi, dan kebijakan sektoral yang menyebabkan sulitnya produk pertanian negara berkembang (termasuk Indonesia) bersaing dengan produk yang disubsidi.
Brasil adalah mitra dagang terbesar Indonesia di kawasan Amerika Selatan dan Karibia. Sedangkan bagi Brazil, Indonesia adalah mitra dagang kedua terbesar di kawasan Asia Tenggara. Disinyalir kebijakan trade remedies Brazil telah berkontribusi terhadap penurunan perdagangan bilateral antara kedua negara – dari AS$ 4,05 milyar di tahun 2014 menjadi AS$ 3,5 milyar di tahun 2016.
#Gan/ PTRI Jenewa
No comments:
Post a Comment