Breaking

Sunday, August 14, 2022

Atasi Kebiasaan Masyarakat Membuang Sampah Sembarangan, Mahasiswa KKN UNAND Lakukan Penyuluhan dan Aksi Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos

Atasi Kebiasaan Masyarakat Membuang Sampah Sembarangan, Mahasiswa KKN UNAND Lakukan Penyuluhan dan Aksi Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos

Penulis: Rima Dwisani
Jurusan: Kimia
Fakultas: Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas (UNAND)


Mengubah kebiasaan masyarakat itu hal yang paling susah, ungkap Jony Marjohan selaku Kepala Kampung Talang Nagari Kambang Barat, Persisir Selatan pada Senin (1 Agustus 2022) di kediamanya ketika dikunjungi oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN ) Universitas Andalas (UNAND) yang dialokasikan di wilayah tersebut.

Tahun ini, UNAND menurunkan sebanyak 5 ribu lebih mahasiswa KKN dan 23 dari mahasiswa tersebut dialokasikan di Nagari Kambang Barat, dengan mahasiswa yang mempunyai latar belakang berbeda hampir di setiap fakultas di Universitas Andalas. 

“Nagari Kambang Barat berpenduduk 10.900 orang dan merupakan pemekaran dari Nagari Kambang. Nagari Kambang berkembang menjadi lima nagari yaitu Kambang Barat, Kambang Timur, Kambang Utara dan Kambang Induk,” jelas Drs. Yusman, Sekretaris Nagari Kambang Barat.

Beliau menjelaskan bahwa Kambang Barat memiliki lima kampung yaitu Kampung Tebing Tinggi, Kampung Pasar Kambang, Kampung Pasar Gompong, Kampung Rangeh dan Kampung Talang. Penduduk sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, petani, peternak dan pekebun.

Jony selaku kepala kampung Talang juga mengatakan bahwa Talang sebahagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani, diikuti Rangeh dan Tebing Tinggi, karena berada dalam dataran yang lebih tinggi dibanding kedua daerah tersebut.

Sementara itu, Mahassiswa KKN UNAND memprediksikan bahwa sampah menjadi problema besar di Nagari Kambang Barat ini. "Sampah biasanya di buang di halaman semak- semak belakang rumah dan kadang di buang ke sungai dekat rumah", ucap nek dadih selaku pemilik  posko mahasiswa KKN.

"Sampah biasanya di kubur atau di bakar setelah bertumpuk cukup banyak", lanjut Ami salah satu masyarakat di Kambang Barat.

Penumpukan sampah di lingkungan ini, menyebabkan polusi lingkungan, berupa bau tidak sedap, pencemaran tanah, pencemaran udara bahkan sungai tercemar akibat sampah yang dibuang ke sungai. Hal ini dapat menyebabkan dampak yang berkelanjutan seperti banjir. Selain itu, sampah dari pemukiman apabila tidak dikelola secara baik akan menimbulkan masalah bagi lingkungan, seperti: kesulitan dalam mencari lahan baru untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 

Lingkungan akan terlihat jorok dan kumuh akibat tumpukan sampah. tumpukan sampah ini dapat menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi manusia maupun hewan. Dengan demikian limbah padat berpotensi sebagai sumber penyebaran bibit penyakit.

Sampah yang membusuk menghasilkan gas yang berbau tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkannya (leachate) juga dapat menyebabkan pencemaran sumur, sungai, danau maupun air tanah. 

Begitu juga, Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran drainase sehingga dapat menimbulkan bahaya banjir.

Pembuangan sampah dalam jumlah yang besar memerlukan tempat pembuangan yang luas, tertutup dan jauh dari lokasi pemukiman. 

Besarnya dampak negatif yang timbul dari sampah yang tidak dikelola dengan baik perlu mendapat perhatian dan diupayakan pemecahannya. 

Mahasiswa KKN UNAND berinisiatif untuk menjadikan sampah- sampah ini bermanfaat, bernilai jual tinggi dan tidak menyebabkan dampak negatif pada lingkungan. Sampah tersebut akan dipilah menjadi dua, yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik akan didaur ulang dan sampah organik akan dijadikan pupuk kompos yang bermanfaat bagi petani yg merupakan salah satu profesi terbanyak di Nagari Kambang Barat.

Kompos sebagai produk dari proses penguraian bahan organik, memiliki sifat- sifat yang baik untuk menyuburkan tanah dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. "Pembuatan pupuk kompos sangat membantu para petani, mengingat harga pupuk NPK mencapai harga hampir satu juta persatuan, harga ini meningkat dua kali lipat karena adanya pandemi covid yang lalu", ucap Jony.

Kompos yang dicampurkan ke dalam tanah dapat meningkatkan kesuburan (fertility) tanah karena adanya penambahan bahan organik dalam tanah. Bahan organik yang terkandung dalam kompos dapat mengikat partikel tanah. Ikatan partikel tanah ini dapat meningkatkan penyerapan akar tanaman terhadap air, mempermudah penetrasi akar (root penetration) pada tanah dan memperbaiki pertukaran udara (aeration) dalam tanah, sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman. 

Reaslisasi kegiatan pembuatan pupuk kompos ini dilakukan mahasiswa KKN UNAND dengan mengumpulkan sampah organik di beberapa rumah di Kampung Talang, Rangeh dan Tebing Tinggi. Selain itu, juga dikumpulkan limbah alami seperti, dedaunan kering, jerami dan kotoran sapi yang banyak tersedia di kampung tersebut. 

Sampah organik dan berbagai limbah di hancurkan menjadi bagian yang lebih kecil. Hal ini bertujuan agar proses fermentasi berjalan sempurna dan pupuk yang didapatkan berkualitas bagus. Setelah itu dicampurkan dengan kotoran sapi yang telah kering. Kotoran sapi ini berfungsi untuk menyebarkan mikorganisme agar tejadinya penguraian. Penguraian oleh mikroorganisme akan dipercepat dengan penambahan M4. Selain itu, M4 juga akan memberikan nutrisi pada mikroorganisme tersebut. Setelah semua tercampur, bakal pupuk kompos tersebut ditutup rapat agak udara tidak menganggu proses pengomposan atau fermentasi. Proses fermentasi berjalan 15-20 hari, diharapkan agar setiap 3 hari sekali bakal pupuk tersebut diaduk, bertujuan untuk menyempurnakan proses fermentasi. 

“Tanda pupuk kompos sudah jadi adalah warna kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam-hitaman, suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan dan tidak lebih dari 50°C, kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan tidak berbau busuk serta terjadinya penyusutan volume sekitar 20-40 %, tergantung tingkat kematangan dari kompos tersebut. namun, apabila penyusutan kecil itu menandakan bahwa pengomposan yang dilakukan belum selesai”, ungkap Kelpin selaku mahasiswa KKN UNAND Jurusan Teknologi Pertanian.

#***

No comments:

Post a Comment

Koran Wawasan Edisi 194, Februari 2023

"Prakiraan Cuaca Senin 14 Oktober 2024"


"KEPUASAN ANDA UTAMA KAMI"




BOFET HARAPAN PERI Jl. SAMUDRA No 1 KOMP. PUJASERA PANTAI PADANG
Selamat Datang diSemoga Anda Puas