Breaking

Sunday, August 14, 2022

Budiman: Partai Masyumi adalah Pelayan Rakyat


MWawasan, Pasaman (SUMBAR)~ H. Budiman Dt. Bandaro Rajo SSi MA MH, Ketua DPW (Dewan Pimpinan Wilayah) Partai Masyumi (Majelis Syuro Muslim Indonesia) Provinsi Sumbar (Sumatera Barat), menegaskan Partai Masyumi hadir lagi untuk membuktikan bahwa Islam merupakan rahmat bagi sekalian alam alias Islam rahmatan lilalamin.

"Ini telah dibuktikan Buya Muhammad Natsir selama beliau memimpin (Partai Masyumi), bagaimana negara ini menghormati perbedaan pandangan dari setiap orang, dan bagaimana pemerintah menjadi pelayan bagi rakyatnya," kata Budiman di kantor DPD Partai Masyumi Kabupaten Pasaman di Jalan Adam Malik 43 Jr. Anggang, Nagari Aia Manggih, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman, Kamis (11/8/2022). Budiman hadir di Lubuk Sikaping untuk menghadiri acara koordinasi dengan jajaran DPD Partai Masyumi Kabupaten Pasaman.

"(Bagi Partai Masyumi) pemerintah bukan menjadi penguasa bagi rakyatnya," tambah Budiman. Tapi fakta yang dilihat sekarang, tambah Budiman, secara umum pemerintah menjadi penguasa bagi rakyatnya, bukan menjadi pelayan. "Partai Masyumi menerapkan prinsip sebagai pelayan rakyat," tandasnya.

Ditanya apa yang menjadi pembeda Partai Masyumi dengan parpol-parpol lain dengan ideologi yang sama, menurut Budiman, antara lain Partai Masyumi akan menjadi sebuah partai yang demokratis, yang menerima semua kelompok, termasuk perbedaan kelompok di kalangan umat Islam. Bagi Partai Masyumi, yang diutamakan adalah persatuan dan kesatuan," katanya.

Sementara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menurut Budiman, Partai Masyumi tidak membedakan latar belakang agama dan kelompok, karena semua warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama. Ia mencontohkan fakir miskin, terserah mau dari agama dan kelompok mana saja, asal ada program bantuan dari pemerintah, kalangan itu juga berhak menerimanya.

Menyoal kelahiran kembali Partai Masyumi, Budiman mengatakan bahwa yang melatarbelakangi antara lain kondisi bangsa ini yang dinilai belum mendapatkan solusi seperti ketika Partai Masyumi berkuasa. "Ketika Partai Masyumi berkuasa, penerapan demokrasi sangat terbuka, dan menghormati terjadinya perbedaan pandangan," katanya.

Dicontohkan Budiman, ketika Partai Masyumi berkuasa di tahun 1955 dan di Indonesia dilaksanakan pesta demokrasi dalam bentuk pemilu (pemilihan umum), "Dalam catatan sejarah, Pemilu di Indonesia tahun 1955 itu merupakan pemilu yang paling demokratis di dunia," sebut Budiman.

Budiman menjawab dengan kata-kata insya Allah ketika ditanya apa mungkin Sumbar kembali  menjadi basis yang kuat bagi Parta Masyumi di Pemilu 2024 mendatang. "Kita tentu hanya bisa berusaha," ujar Budiman, sambil menambahkan, pihaknya tentu tidak mungkin menyamai tokoh-tokoh di masa lalu yang telah melahirkan dan membesarkan Partai Masyumi.

"Karena tokoh Partai Masyumi masa lalu adalah sosok yang tidak ada tandingannya, baik yang masih hidup atau pun yang sudah meninggal dunia," bebernya. Budiman menyebut contoh Buya Hamka, Buya Muhammad Natsir, dan lainnya, merupakan sosok yang tidak ada yang mampu menyamai ketokohan mereka. 

#spa

No comments:

Post a Comment

Koran Wawasan Edisi 194, Februari 2023

"Prakiraan Cuaca Senin 14 Oktober 2024"


"KEPUASAN ANDA UTAMA KAMI"




BOFET HARAPAN PERI Jl. SAMUDRA No 1 KOMP. PUJASERA PANTAI PADANG
Selamat Datang diSemoga Anda Puas